Dewasa??? Hmmm….
Sepertinya semua orang sudah tahu apa itu ‘dewasa’, baik dalam segi umur,
fisik, sikap, maupun psikis. Tapi, kata-kata ‘dewasa’ itu begitu mengusik
pikiran saya akhir-akhir ini. Saya hanya ingin sharing bersama teman-teman semuanya, karna pastinya teman-teman
jauh lebih berpengalaman daripada saya.
Jujur. Saya hidup dalam lingkungan yang ‘mendewasakan’
saya. Bergaul pun dengan orang-orang yang telah menjadi pejabat, sedang atau
bahkan mungkin calon pejabat. Terlepas dari apapun jabatannya itu. Hingga
akhirnya, saya dituntut menjadi seorang yang dewasa. Walau terkadang, saya jemu
dengan semua ini. Terkadang saya semangat tuk menjadi seorang yang dewasa, dan
tak jarang saya juga menyerah dengan keadaan ini.
Saya pernah bertanya pada setiap teman laki-laki saya,
“Apakah jadi dewasa itu penting? Kenapa kebanyakan pria suka sama wanita
dewasa?!”
Jawabannya pun berjibun, ada yang bilang “Perlu dong!
Masa mau jadi anak-anak terus!”
Ada lagi, “Karna laki-laki pengen
mulai belajar serius!”
Atau, “Wanita dewasa itu bisa mengerti keadaan pria, bisa
bertahan lama, cenderung lebih sabar.”
Dan bla…bla…bla…
Malah saya pernah tercengang, saat pria yang saya kagumi,
berkata seperti ini,
“Ah … hanjakal Anggun teh alit keneh, mun tos ageung mah
rek dibogohan ku Aa!”(Ah … sayang Anggun masih kecil, kalau sudah besar mah mau
dijadikan pacar sama Kakak!)
Batin saya pun menjerit, “Hello, aku sudah keluar SMA
gitu! Masa masih dibilang anak-anak!”
Pikiran saya pun spontan menjawab, “Jelas aja dibilang
masih kanak-kanak, orang penampilan kamu masih kayak anak SMP.” Selanjutnya
saya pun sibuk dengan pikiran dan batin saya.
Kawan, ternyata untuk menjadi ‘dewasa’, kita perlu
berdamai dengan diri kita sendiri. Memandang diri kita dengan sportif dan adil.
Bahwa kita tidak hanya punya kekurangan, tapi pasti punya kelebihan. Selalu ada
dua kutub dalam kepribadian kita. Yang penting adalah bagaimana kita selalu
punya niat, janji, dan upaya untuk jadi lebih baik.
So, setujukah anda jika saya bilang bahwa menjadi dewasa
sama dengan menjadi lebih baik, atau lebih manis, lebih menyenangkan, lebih
bermanfaat bagi orang lain, lebih penuh cinta, lebih peduli, dan lebih siap
dalam menghadapi apapun dan siapa pun! Dengan itu pula, kita jadi lebih bersyukur,
lebih ingin menjadi baik dan menghargai tiap detik kehidupan kita.
So, meskipun selalu ada jiwa kanak-kanak dalam diri tiap
manusia, kita sepertinya tidak terlalu sulit untuk menjadi dewasa. Tanpa harus
membunuh jiwa kanak-kanaknya. Bukankah, jiwa kanak-kanak itu membantu kita
dalam memandang hidup lebih polos dan lebih sedikit ekspresif?! Jadi, siapa
bilang, menangis, takut, cemas, bawel, itu merupakan tanda-tanda belum dewasa?!
Mungkin saja itu hanya ekspresi spontan dalam menghadapi suatu masalah. Asal
jangan keterusan saja, betul kan?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar