Rabu, 28 November 2012

Menjadi Wanita Dewasa


Dewasa??? Hmmm…. Sepertinya semua orang sudah tahu apa itu ‘dewasa’, baik dalam segi umur, fisik, sikap, maupun psikis. Tapi, kata-kata ‘dewasa’ itu begitu mengusik pikiran saya akhir-akhir ini. Saya hanya ingin sharing bersama teman-teman semuanya, karna pastinya teman-teman jauh lebih berpengalaman daripada saya.
            Jujur. Saya hidup dalam lingkungan yang ‘mendewasakan’ saya. Bergaul pun dengan orang-orang yang telah menjadi pejabat, sedang atau bahkan mungkin calon pejabat. Terlepas dari apapun jabatannya itu. Hingga akhirnya, saya dituntut menjadi seorang yang dewasa. Walau terkadang, saya jemu dengan semua ini. Terkadang saya semangat tuk menjadi seorang yang dewasa, dan tak jarang saya juga menyerah dengan keadaan ini.
            Saya pernah bertanya pada setiap teman laki-laki saya, “Apakah jadi dewasa itu penting? Kenapa kebanyakan pria suka sama wanita dewasa?!”
            Jawabannya pun berjibun, ada yang bilang “Perlu dong! Masa mau jadi anak-anak terus!”
            Ada lagi, “Karna laki-laki pengen mulai belajar serius!”                      
            Atau, “Wanita dewasa itu bisa mengerti keadaan pria, bisa bertahan lama, cenderung lebih sabar.”
            Dan bla…bla…bla…
            Malah saya pernah tercengang, saat pria yang saya kagumi, berkata seperti ini,
            “Ah … hanjakal Anggun teh alit keneh, mun tos ageung mah rek dibogohan ku Aa!”(Ah … sayang Anggun masih kecil, kalau sudah besar mah mau dijadikan pacar sama Kakak!)
            Batin saya pun menjerit, “Hello, aku sudah keluar SMA gitu! Masa masih dibilang anak-anak!”
            Pikiran saya pun spontan menjawab, “Jelas aja dibilang masih kanak-kanak, orang penampilan kamu masih kayak anak SMP.” Selanjutnya saya pun sibuk dengan pikiran dan batin saya.
            Kawan, ternyata untuk menjadi ‘dewasa’, kita perlu berdamai dengan diri kita sendiri. Memandang diri kita dengan sportif dan adil. Bahwa kita tidak hanya punya kekurangan, tapi pasti punya kelebihan. Selalu ada dua kutub dalam kepribadian kita. Yang penting adalah bagaimana kita selalu punya niat, janji, dan upaya untuk jadi lebih baik.
            So, setujukah anda jika saya bilang bahwa menjadi dewasa sama dengan menjadi lebih baik, atau lebih manis, lebih menyenangkan, lebih bermanfaat bagi orang lain, lebih penuh cinta, lebih peduli, dan lebih siap dalam menghadapi apapun dan siapa pun! Dengan itu pula, kita jadi lebih bersyukur, lebih ingin menjadi baik dan menghargai tiap detik kehidupan kita.
            So, meskipun selalu ada jiwa kanak-kanak dalam diri tiap manusia, kita sepertinya tidak terlalu sulit untuk menjadi dewasa. Tanpa harus membunuh jiwa kanak-kanaknya. Bukankah, jiwa kanak-kanak itu membantu kita dalam memandang hidup lebih polos dan lebih sedikit ekspresif?! Jadi, siapa bilang, menangis, takut, cemas, bawel, itu merupakan tanda-tanda belum dewasa?! Mungkin saja itu hanya ekspresi spontan dalam menghadapi suatu masalah. Asal jangan keterusan saja, betul kan?!